Asertif berasal dari kata asing “to assert” yang berarti menyatakan dengan tegas. Asertif dapat diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyatakan diri dengan tulus, jujur, jelas, tegas, terbuka, sopan, spontan, apa adanya, dan tepat tentang keinginan, pikiran, perasaan dan emosi yang dialami, apakah hal tersebut yang dianggap menenangkan ataupun mengganggu sesuai dengan hak-hak yang dimiliki dirinya tanpa merugikan, melukai, menyinggung, atau mengancam hak-hak, kenyamanan dan integritas perasaan orang lain.[1]
Assertive training (Latihan asertif) merupakan teknik yang
sering digunakan oleh aliran pengikut behavioristik. Dalam pendekatan
behavioral yang dengan cepat mencapai popularitas yaitu assertive training yang
bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana individu
mengalami kusulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan
diri adalah tindakan yang layak atau benar.
Menurut Bruno
Bruno mengemukakan bahwa assertive training pada dasarnya
merupakan suatu program belajar yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi
manusia dalam hubungannya dengan orang lain.[2]
Menurut Houston
Houston mengemukakan bahwa latihan asertif merupakan suatu
program belajar untuk mengajar manusia mengekspresikan perasaan dan pikirannya
secara jujur dan tidak membuat orang lain menjadi terancam.[3]
Menurut Corey
Corey mengungkapkan bahwa teknik assertive training digunakan untuk membantu orang-orang yang tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, menunjukkan kesopanan yang berlebihan, dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, memiliki kesulitan untuk mengatakan “Tidak”, mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya, dan merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.[4]
[1] Mochamad
Nursalim, Strategi & Intervensi Konseling, Jakarta: Indeks, 2013, h. 138.
[2] Isnaini
Maulina Putri, “Layanan Bimbingan dan konseling pribasi-sosial dengan menggunakan
metode latihan Assertive Training untuk mengatasi siswa terisolir”, (Jurnal
Skripsi Program Stara 1 IAIN Raden Intan Lampung, 2015), h.32.
[3] Ibid,
h. 214
[4] Muhammad
Nursalim, Op.Cit,h. 138.
0 Comments
Posting Komentar
Komentar dengan baik atau sopan ya guys! Anda sopan Kami segan :)