Gagne dan Benyamin Bloom menyatakan bahwa tipe hasil belajar aspek kognitif dibagi menjadi enam, yaitu hafalan, pemahaman atau komprehensi, penerapan aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.[1] Adapun penjelasan mengenai ke enam tipe hasil belajar kognitif menurut Gagne dan Benyamin Bloom, yaitu:

a. Tipe Hasil Belajar Pengetahuan Hafalan (Knowledge)

Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan sangat penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lain yang lebih tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudjana bahwa setidak-tidaknya pengetahuan hafalan merupakan kemampuan terminal (jembatan) untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.[2] Pengetahuan hafalan atau yang dikatakan Bloom dengan istilah knowledge ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden atau atau testee untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menilai, maupun menggunakannya. Tipe pengetahuan termasuk tipe yang rendah apabila dibandingkan dengan tipe hasil belajar atau kemampuan berpikir yang lainnya. Berdasarkan segi bentuknya, tipe tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan pengetahuan hafalan adalah tipe melengkapi (Completion Type), tipe isian (Filling Type), dan tipe dua pilihan (True False Type). [3]

b. Tipe Hasil Belajar Pemahaman (Comprehention)

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap arti suatu materi pelajaran, dapat menjelaskan pengertian kata kata, angka, menjelaskan atau membuat ringkasan, membuat sebab akibat. Pemahaman bukan saja hanya sekedar tahu akan tetapi mampu menggunakan hal yang telah dipahami dalam kehidupan sehari-hari. Bloom (Sudjana, 1989) menyatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai digolongkan atau dibedakan (bukan dipisahkan) menjadi 3 bidang, yakni (a) bidang kognitif, (b) bidang afektif , dan (c) bidang psikomotor. Masing-masing bidang dibagi lagi menjadi beberapa tingkatan. Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (application), analisis, sintesis, dan evaluasi. Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Konsep merupakan ide atau gagasan yang digunakan dalam pemikiran abstrak. Untuk itu, diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

Sudjana menyatakan tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung didalamnya. Kedua, pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan bukan pokok. Ketiga, pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat, dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau memperluas wawasan. Kata kerja operasional yang biasa digunakan dalam rumusan untuk jenjang pemahaman antara lain membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil kesimpulan.[4]

c. Tipe Hasil Belajar Penerapan (Aplikasi)

Aplikasi merupakan kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam suatu situasi yang baru. Kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan instruksional antara lain: menghitung, memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan, menjalankan, menggunakan, menghubungkan, mengerjakan, mengubah, menunjukkan proses, memodifikasi, mengurutkan, dan lain-lain.

d. Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas menjadi unsur unsur atau bagian bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan. Kemampuan menalar, pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis seseorang akan dapat mengreasi sesuatu yang baru. Kata kata operasional yang dapat digunakan yakni menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, merinci, membedakan, menghubungkan, dan lain-lain.

e. Tipe Hasil Belajar Sintesis

Sintesis merupakan lawan dari analisis. Sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Pola berpikir sintesis adalah pola berpikir divergen sedangkan berpikir analisis adalah berpikir konvergen. Dengan sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru akan lebih mudah dikembangkan. Kata kerja operasional tercermin dalam kata-kata mengategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, merancang, menyimpulkan, mengategorikan, dan lain-lain.

f. Tipe Hasil Belajar Evaluasi

Purwanto menyatakan evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgement yang dimilikinya dan kriteria yang dipakai. Tipe hasil belajar ini merupakan tipe hasil belajar yang dikategorikan paling tinggi. Hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti atensi/perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain lain.[5] Sekalipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai peserta didik.


[1] Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 43 

[2] Sudjana, Dasar Dasar proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989), h. 50 

[3] Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 43 

[4] Sudjana, Dasar Dasar proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1989), h. 

[5] Ibid.