1. Mursyid (Pembimbing)

Mursyid berasal dari bahasa arab yang diambil dari kata arsyada yang diartikan sebagai penolong, pemberi petunjuk dan pembimbing ke jalan yang ketentraman dan kebenaran. Mursyid secara fungsional dapat diartikan sebagai penolong dan mencocokan prilaku dengan tuntunan ajaran yang berasal dari Allah sebagai pemberi petunjuk kejalan yang benar dan baik sebagai pembimbing dalam menjalankan ajaran yang datang dari Allah SWT.[1]

Pembimbing adalah orang yang memiliki kemampuan untuk melakukan konsultasi berdasarkan standar profesi untuk membimbing seseorang menuju kejalan yang lebih baik dan benar, dapat diartikan juga sebagai penolong seseorang untuk mengatasi masalahnya agar merubah orang tersebut menjadi lebih baik.

2. Ushlub al-Irsyad (Metode Bimbingan)

Ada beberapa metode yang digunakan dalam metode bimbingan agama yang sasarannya adalah mereka yang berada dalam kesulitan spiritual yang disebabkan oleh faktor-faktor masalah dalam dirinya seperti pengaruh lingkungan hidup yang menggoncang perasaan. Metode bimbingan secara khusus atau pendekatan Islami (mental spiritual) yang biasa digunakan adalah metode “bil-hikmah, bil mujadalah, bil mauidzah”. Adapun penjelasannya yaitu:

a. Metode “bil-hikmah”

Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif dan bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauan sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Bil-hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan. Sehingga pengguna metode bil-hikmah merupakan kemampuan dan ketetapan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. dimana seorang ustad atau dai menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Artinya bil-hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.

b. Metode “bil-maudzah Hasanah” 

Metode bil maudzah Hasanah atau nasehat yang baik, artinya memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenaan dihati, menyentuh perasaan, lurus dipikiran, menghindari sikap kasar dan tidak mencari atau menyebut kesalahan audiens sehingga pihak objek dakwah rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah.[2]

Metode “bil maudzah” yaitu metode dengan cara menunjukkan contoh yang benar dan tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih baku.[3]

c. Metode “Bil-Mujadalah” 

Mujadadalah adalah berdiskusi dengan cara yang baik dari cara-cara berdiskusi yang ada. Mujadalah merupakan cara berfikir yang digunakan berdakwah, ketika kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang telah berfikirnya cukup maju dan kritis seperti ahli kitab yang memang tealah memiliki bekal keagamaan. Oleh karena itu, Al-quran juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab yaitu melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan cara yang terbaik.

Metode “bil-mujadalah” adalah perdebatan dengan dilakukan dengan cara lemah lembut untuk menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan menggunakan dalil-dalil Allah.

3. Maudhu Irsyad (Pesan Bimbingan)

Maudhu atau pesan dakwah adalah pesan-pesan, materi atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh da’i (subjek dakwah) yaitu keseluruhan ajaran islam, yang ada didalam kitabullah maupun Sunnah Rosul-Nya.[4]

4. Mursyad bih (Objek atau Orang Yang Dibimbing)

Mad’u dalam proses irsyad disebut mursyad bih atau penerima pesan bimbingan. Mursyad bih adalah seseorang yang menerima bimbingan karena masalah yang dimilikinya.[5]

Jadi unsur-unsur bimbingan merupakan satu keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. Tujuan bimbingan Agama Islam bisa tercapai ketika pembimbing bisa memberikan penyampaian materi dengan baik dengan metode yang tepat sehingga pesan-pesan dapat tersampaikan dengan baik


[1] Enjang, Abdul Mujib, “Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam”, (Bandung: Sajjad Publishing House, 2009) h. 73

[2] Samsul Munir Umar, Ilmu Kalam, (Jakarta: Amzah, 2009), h.99

[3] M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Penyuluh (Konseling) Islam. H.135-137

[4] Hafi Anshari, “ Pemahaman dan Pengalaman Dakwah”, (Surabaya: Al Ikhlas, 1993), h.146

[5] Enjang, Abdul Mujib, “Dasar-Dasar Bimbingan (Irsyad) dalam Dakwah Islam”, (Bandung: Kp. Hadid,1999), h. 109